Menurut International Council of Museums (ICOM, 2014) Museum merupakan
sebuah institusi non profit dan permanen di dalam pelayanan masyarakat dan
pengembangannya terbuka bagi public yang mengakuisisi, melestarikan, meneliti,
mengkomunikasikan, dan memamerkan peninggalan atau warisan manusia baik
berwujud maupun tak berwujud dan lingkungan untuk tujuan pendidikan, studi, dan
kesenangan. Fungsi
museum telah berkembang seiring berjalannya waktu dimana lebih berorientasi pada
public daripada peran museum di masa lalu, seperti ketika museum terlihat sebagai
tempat belajar, pelestarian budaya, dan hiburan kepada pengunjung. Museum berperan menyediakan pekerjaan, menarik turis,
menghasilkan aktifitas di banyak sektor, berkontribusi bagi regenerasi perkotaan
dan mendukung pertumbuhan industri kreatifdanpersaingankota, (Wibowo, 2015).
Kota Malang sebagai “kota pelajar dan pariwisata”
yang merupakan daerah kaya akan seni dan budaya. Di sini ada dua ruang lingkup
seni rupa dan seni suara yang berkembang pesat.Seni rupa meliputi seni
arsitektural bangunan, seni rias (terutama seni pakaian kebaya yang telah
menjadi kebudayaan nasional dengan seni batik dan lurik), seni kerajinan (kulit
atau topeng wayang).Selain itu, seni suara yang ada di Malang meliputi seni
vocal dan instrumental (karawitan dan macapat) tergabung dengan seni tari. Salah satu museum
yang ada di malang saat ini yaitu Museum Mpu Purwa, Museum ini terletak di Jalan Soekarno Hatta
No. 210 Kelurahan Mojolangu, Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang, Provinsi Jawa
Timur.
Menurut petugas museum, koleksi benda purbakala yang
disimpan di Museum Mpu Purwa berasal dari masa pra sejarah hingga masa sejarah,
yaitu masa Hindu-Buddha.Benda purbakala ini ditemukan dari berbagai daerah di
Malang, ada juga beberapa peninggalan yang berasal dari Kediri. Peninggalan
yang berasal dari masa pra sejarah berupa batu pelor, batu gores dan batu
lumpang. Batu gores ditemukan di bibir Sungai Metro yang berada di wilayah
Tlogomas. Di wilayah ini memang banyak ditemukan benda purbakala yang
kesemuanya disimpan di cungkup punden Watu Gong.Dilihat dari
banyaknya peninggalan yang ditemukan, diperkirakan wilayah ini dahulunya merupakan
pusat peradaban purba.
Mengimplementasikan sebuah museum yang pertama dari pengelola museum yaitu dengan berprinsip
“jangan biarkan museum sekedar menjadi gudang”. Seperti dinyatakan di depan
seharusnya museum menjadi “a nursery of living thoughts” (rumah pemeliharaan
pikiran-pikiran yang tetap hidup) daripada sekedar “a cemetery of bric-a-brac”
(kuburan barang rongsokan). Karena itu, museum yang baik harus menarik,
menghibur, dan merangsang keingintahuan serta merangsang munculnya pertanyaan
di benak pengunjung, sehingga mendorong proses pembelajaran. Museum harus mampu
membangkitkan minat orang tua maupun muda untuk mengkaji dunia di luar mereka.
Salah satu cara untuk menjadikan
museum di Malang yaitu museum Mpu Purwa sebagai tempat pembelajaran dan
pendidikan yang baik adalah menyajikan informasi yang memadai. Seperti
mengadakan Study Tour ke Museum selain bermain juga mendapatkan edukasi. Hal ini sejalan dengan apa yang dikemukakan Hartati (2016) bahwa museum
dapat dijadikan sebagai media pembelajaran dengan menyesuaikan materi
pembelajaran. Karena kalau diteliti, hingga
kini banyak museum di Malang yang masih lebih menekankan tampilan benda
daripada informasi. Sebagai akibatnya, museum-museum kaya akan koleksi, tetapi
koleksi itu tidak banyak memberikan banyak pengetahuan bagi para pengunjungnya.
Memang harus diakui, tidak semua jenis museum akan sama dalam menyajikan
informasi, tergantung pada jenis dan misi museum itu.
Di dalam museum Mpu
Purwa ini peninggalan peninggalan yang dipamerkan merupakan peninggalan yang
memang asli dari kota Malang. Artinya peninggalan tersebut memiliki keterkaitan
dengan kebudayaan Malang. Hal ini sangat relevan dengan konsep Mangan Dupa dimana barang-barang
peninggalan tersebut dapat disangkutpautkan dengan kebudayaan-kebudayaan di
Malang. Berbagai
permainan mengenai kebudayaan malang dapat dimasukkan ke bagian dalam museum.
Permainan-permainan anak dapat dilakukan didalam museum seperti membentuk
puzzle topeng atau permainan kecil lainnya. Di lantai dua terdapat berbagai
miniature yang menceritakan tentang kejadian-kejadian masa lalu di Malang. Dari
sinilah pengunjung bisa dimanjakan dengan simulasi yang dapat dilakukan olehnya
sendiri dengan menyediakan pakaian dan perlengkapan lainnya.
0 Komentar