KEBIJAKAN PENDIDIKAN DI MASA DEPAN



Balqis Fitria Rahma
Risa Erna Wati

Universitas Negeri Malang, Jl. Semarang No. 5 Malang 65145
 
Abstract: Education is one of the fields required to be actively involved in the flow of world change. Rapid changes that cause the future can no longer be clearly described. Without a clear picture of the future it is difficult for education to play a good role. Similarly education in Indonesia needs to be reconstructed in order to produce professional graduates, in order to achieve these goals an education policy is needed for the future. Therefore this article describes the teaching and learning strategies that are expected to prepare students to face the challenges of life in the future.
 
Keywords: strategy, education, the future.

Abstrak: Pendidikan merupakan salah satu bidang yang dituntut untuk dapat telibat secara aktif di dalam arus perubahan dunia. Perubahan yang cepat menyebabkan masa depan tidak lagi dapat dideskripsikan dengan jelas. Tanpa adanya gambaran masa depan yang jelas sulit bagi pendidikan memainkan peran dengan baik. Begitu pula pendidikan di Indonesia perlu mengalami rekontruksi agar menghasilkan lulusan yang profesional, untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan adanya suatu kebijakan pendidikan untuk masa depan. Oleh karena itu artikel ini mendeskripsikan mengenai strategi belajar mengajar yang diharapkan dapat mempersiapkan peserta didik untuk menghadapi tantangan hidup di masa depan.

Kata kunci: strategi, pendidikan, masa depan.



PENDAHULUAN
Pada era globalisasi saat ini, keadaan dunia senantiasa berubah dari waktu ke waktu. Perubahan tersebut berlangsung secara cepat, menyeluruh dan tidak terduga. Perubahan ini mencakup hampir segala aspek kehidupan dan sektor didunia. Termasuk didalamnya yang mendapat pengaruh besar adalah sektor pendidikan, karena pendidikan merupakan suatu proses mempersiapkan peserta didik untuk bisa hidup terhormat dan bermartabat di masa depan. Dampak dari arus perubahan dunia ini telah menggeser pusat-pusat ilmu pengetahuan dan teknologi, pusat-pusat latihan, dan pengembangan sumber daya manusia tidak lagi berada di sektor pendidikan melainkan di sektor lainnya. Menurut Imron (2012) perubahan-perubahan dahsyat di dunia.
Pertama, globalisasi ekonomi dunia yang pada masa-masa sebelumnya berpusat di kawasan negara-negara sekitar kawasan negara-negara sekitar Atlantik berubah ke negara-negara sekitar kawasan Asia Pasifik. Naisbitt dalam Imron (2012) melukiskan bahwa tepi pasifik menjadi periode perluasan ekonomi yang paling cepat di dalam sejarah, pertumbuhannya lima kali kecepatan pertumbuhan selama revolusi industri. Kedua, perkembangan IPTEK yang demikian pesat. Perkembangan IPTEK yang demikian pesat tersebut, justru dimulai bukan dari dunia pendidikan melainkan berasal dari luar dunia pendidikan. Ada yang menyebut era perkembangan IPTEK yang pesat seperti sekarang ini sebagai era revolusi industri gelombang ketiga. Revolusi ini meliputi bidang bioteknologi, teknologi bahan mikro elektronika dan informatika.
Ketiga, dibidang demografi, dapatlah dinyatakan bahwa kian lama, jumlah penduduk dunia kian banyak, dan secara umum berada di negara-negara berkembang. Jika penduduk pada negara-negara maju umumnya tinggi tingkat produktivitasnya, maka di negara-negara berkembang sebagian justru rendah tingkat produktivitasnya. Oleh karena itu, besarnya jumlah penduduk di negara-negara berkembang umumnya dirasakan sebagai beban.
            Keempat, dibidang perdagangan, tampaknya juga terdapat ketidakseimbangan. negara-negara berkembang umumnya mengekspor bahan mentah ke negara-negara maju dengan ongkos transportasi yang mahal, tetapi dengan harga murah. Sementara negara-negara maju dapat mengekspor bahan-bahan jadi dengan harga yang sangat mahal. Maka, negara yang kaya akan sumber-sumber alam justru tidak dapat menikmati hasil kekayaan alamnya secara memuaskan, karena tidak bisa mengeksplorasi dan menjadikannya sebagai barang jadi yang langsung berguna bagi kehidupan rakyatnya. Sementara negara kaya, begitu saja seenaknya menikmati hasil pengerukan kekayaan alam dari negara berkembang, dengan cara memainkan harga sevara sepihak. Perdagangan demikian dirasakan tidak seimbang,
Dengan kondisi yang sedemikian ini diperlukan adanya suatu kebijakan yang berisi seperangkat aturan yang didasarkan atas sistem nilai sebagai dasar untuk mengoperasikan pendidikan yang bersifat melembaga tersebut. Kebijakan itulah yang dimaksud kebijkan pendidikan untuk masa depan.





PEMBAHASAN


Manusia Indonesia Masa Depan yang Diharapkan
            Berdasarkan uraian mengenai perubahan-perubahan sebagaimana di atas, kiranya manusia dapat mengikuti percaturan dunia adalah manusia-manusia yang mempunyai kualitas-kualitas tertentu. Dalam pengertian, tidak semua manusia dapat demikian. Adapun kualitas-kualitas yang dimaksudkan meliputi: kualitas fisik dan kualitas non fisik.
            Kualitas fisik menyangkut kualitas lahiriah dan jasmaniah seseorang. Kualitas demikian, diindikasikan oleh: ukuran badannya, tenaga fisik yang dimiliki, daya tahan tubuhnya, kesehatan jasmaninya, kesegaran/kebugaran raganya. Sementara kualitas non fisik berkaitan dengan hal-hal yang bersifat batiniah, non fisik dan kejiwaan. Kualitas non fisik demikian meliputi: kualitas pribadi, kualitas hubungan dengan pihak lain dan kualitas kekaryaanya. Kedua kualitas tersebut, fisik dan non fisik, saling melengkapi karena kualitas fisik diperlukan untuk diisi dengan kegiatan-kegiatan yang menyangkut dan mendukung bagi tercapainya kualitas non fisik.
Kualitas pribadi adalah kualitas yang secara pribadi dimiliki oleh seseorang dan mungkin tidak dimiliki oleh orang-orang lain. Kualitas pribadi ini sangat unik, karena kualitas demikianlah yang membedakan antara orang satu dengan yang lainnya. Kematangan pribadi, kemantapan pribadi, dan keteguhan pribadi antara orang satu dengan lain akan berbeda. Adapun pribadi yang diharapkan untuk negara di masa depan adalah yang: kukuh, mantap, matang, tidak mudah goyah atau terombang-ambing, dan kuat dan yang mandiri. Kemandirian sendiri mempunyai ciri-ciri: bebas (bertindak atas kemauan sendiri); progresif dan ulet ( mengejar prestasi, penuh harapannya); berinisiatif (berfikir dan bertindak secara orisinil, kreatif dan penuh inisiatif); pengendalian diri dari dalam (punya kemampuan mengatasi masalah yang dihadapi, punya pengendalian diri, mampu mengendalikan tindakannya, mampu mempengaruhi lingkungan atas usahanya sendiri); punya kemantapan diri (punya kepercayaan diri dan puas atas usahanya sendiri).
Kualitas hubungan dengan pihak lain meliputi: kualitas hubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, kualitas hubungan dengan sesama manusia, dan kualitas hubungan dengan sesama makhluk atau alam sekitarnya. Kualitas hubungan dengan Tuhan diindikasikan oleh keimanan, ketakwaan, amalan-amalan, tingginya moralitas dan akhlak dan kerajinan beribadah. Kualitas hubungan dengan sesama manusia diindikasikan oleh tingginya solidaritas, kesetiakawanan sosial, tingginya tenggang rasa atau teposeliro, tingginya toleransi, meletakkan kepentingan umum di atas kepentingan pribadi dan golongan. Kualitas hubungan dengan makhkuk-makhkuk lain atau alam adalah: menyayangi binatang (tidak memusnahkannnya), melestarikan kehidupan binatang, memelihara alam sekitar, tidak mencemari lingkungan, dan sebagainya.
Kualitas kekaryaan meliputi: produktivitas karyanya, bobot karyanya, kegemaran berkarya, kebanggaan berkarya, serta bisa menghargai dan mengapresiasi karya. Kualitas karya secara umum mengandalkan kepada rasionalitas, kualitas kekaryaan dapat dipengaruhi oleh tiga hal penting, ialah faktor-faktor pribadi (kecerdasan, kepintaran, pengetahuan, keterampilan, sikap kerja, pengalaman kerja), faktor lingkungan baik fisik maupun sosial.
Kebijakan Pendidikan yang Relevan
Menurut Imron (2012) menyatakan bahwa terdapat beberapa hal mengenai kebijakan pendidikan yang relevan, yaitu sebagai berikut :
1.      Peningkatan  kualitas pendidikan harus diprioritaskan.
Manusia yang dapat bergumul dalam masa depan dimana dunia semakin sengit tingkat kompetisi nya adalah manusia yang berkualitas. Menusia demikianlah yang diharapkan dapat bersama-sama manusia yang lain turut berpartisipasi dalam peraturan dunia yang senantiasa berubah dan penuh teka-teki;
2.      Peningkatan kesiapan peserta didik menghadapidunia yang selalu berubah.
Anak didik harus sejak dini dilatih untuk menghadapi perubahan yang terus menerus, karena dengan adanya pengalaman menghadapi perubahanlah mereka tidak akan terkejut dengan adanya perubahan-perubahan yang akan dialami di masyarakat kelak;
3.      Peningkatan kemandirian anak melalui pengajaran.
Mengingat kemandirian berproses sangat lama dan banyak memakan waktu, maka sejak disekolah dasar pengajaran yang mengarahkan peserta didik untuk dapat mandiri harus sudah dimulai. prestasi anak disekolah atau lembaga pendidikan antara lain juga harus dilihat dari sisi kemandiriannya;
4.      Mengarahakan anak didik dilembaga pendidikan kearah yang nyata.
Kemampuan berkarya haruslah ditempatkan dalam jajaran kehormatan, karena orang yang berkaryalah yang  dapat memberikan sumbangan langsung dan bermanfaat bagi sesamanya. Penghargaan atas karya anak di sekolah haruslah tinggi, agar mereka terpacu untuk berkarya. Perlu juga ditanamkan bahwa kebanggan yang sangat besarbanyak bergantung kepada seberapa banyak dan seberapa berkualitas karya seseorang


5.      Penanaman kedisiplinan yang tinggi kepada peserta didik di lembaga-lembaga pendidikan. Kedisiplinan perlu ditanamkan agar anak kelak di masyarakat terus menerus menyumbangkan sesuatu yang berharga. Kehidupannya benar-benar dihabiskan dimedan pengabdian sesuai dengan profesi mereka masing-masing;
6.      Penanaman keimanan, ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Hal ini perlu dilakukan agar ketika terlibat dalam arus pencaturan dunia, anak senantiasa mengendalikan diri agar tidak terjerumus ke dalam lumpur kehidupan yang sesat;
7.      Penanaman kesetiakawanan diantara teman sebangsa.
Interaksi dengan sesama ini mengingatkan yang bersangkutan pada hakikat dirinya, ialah selain sebagai mahkluk pribadi juga sebagai mahkluk sosial. Dengan demikian, dalam konteks mahkluk sosial tersebut, anak akan senantiasa bertanya apakah yang sudah ia perbuat untu sesamanya sebangsa dan setanah air.
Menurut Hasbullah (2016:139) terdapat beberapa hal penting yang perlu diperhatikan dalam upaya menggagas pendidikan masa depan, yaitu (1) menyangkut soal substansi filosofis pendidikan yang menyangkut apa sebenarnya tujuan dilaksanakannya pendidikan. jawaban atas pertanyaan ini memiliki konsekuensi diperlakukannya kebijakan dan strategi tertentu sebagai pendukungnya. (2) menyangkut dimensi politis, yakni bagaimana posisi pendidikan dalam konstelasi politik nasional, apakah pendidikan tetap akan dikooptasi oleh kekuatan politik yang lebih besar, ataukah menjadi institusi yang otonom.
Jika diharapkan menjadi institusi yang otonom, maka konsekuensinya adalah perlu adanya iklim politik maupun kebijakan yang mendukung tumbuhnya inisiatif warga untuk mengembangkan pendidikan alternatif, pentingnya memberdayakan guru, manajemen pendidikan berbasis sekolah dan masyarakat, kurikulum yang berbasis kompetensi, dan kebijakan yang mendukung dilaksanakannya desentralisasi pendidikan.




Strategi Mengajar yang Harus Dikembangkan

Dalam pendidikan terdapat upaya yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dalam mendewasakan atau mengembangkan potensi peserta didik, setiap peserta didik memiliki potensi yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Oleh karena itu pendidikan harus dilakukan dalam upaya mengembangkan semua ranah atau dimensi yang ada dalam diri peserta didik. Menurut Supardi (2012) ada 5 (lima) potensi atau ranah pendidikan yang harus dikembangkan dalam diri peserta didik yaitu ranah pikir, ranah rasa, ranah karsa, ranah religi, dan ranah raga.
Menurut Imron (2012) strategi belajar-mengajar haruslah lebih diorientasikan dan disentralkan pada peserta didik, ialah para siswa, oleh karena yang siswa dan bukan gurunya. Jika memang guru yang menjadi pusat sekadar dijadikan sebagai sasaran antara semata. Ialah sasaran antar dalam rangka mempersiapkan peserta didik untuk mengdahapi tugas-tugas kemanusiaan di hari esok.
Mengajar dalam kaitannya dengan tuntutan yang berat diatas, tidaklah cukup kalau hanya sekedar menyampaikan pengetahuan, melainkan yang terpenting adalah mengajar siswa bagaimana caranya belajar. Dengan tahu bagaimana cara belajar yang baik, maka siswa akan banyak belajar secra mandiri meskipun mungkin tanpa ada intervensi dari manapun, termasuk dari guru, ia harus dibagi-bagi bersama-sama dengan peserta didiknya. Ada kedaualatn seimbang dan pembagian wilayah tegas anatar mana yang harus dikerjakan oleh guru dan mana yang mesti harus dilakukan oleh siswa.
Belajar mandiri sebagaimana yang direkayasa melalui kelas, diharapkan tuumbuh terus meskipun siswa sudah tidak berada di kelas lagi. Kesadaran akan pentingnya belajar yang direkayasa di kelas tersebut, diharapkan dapat mempribadi pada diri siswa, sehingga akhirnya siswa terus belajar  sepanjang hayat. Masyarakat belajar sebagaimana yang diidamkan, lambat laun akan terwujud.
Dalam proses belajar-mengajar dikelas, juga harus ditanamkan keterbukaan antara siswa dengan guru. Guru haruslah memberikan contoh keterbukaan demikian, misalkan saja
mengakui kesalahannya jika memang ia salah, mengakui ketertinggalannya dalam bidang tertentu kepada siswa jika memang benar bahwa siswa tersebut lebih mengikuti perkembangan yang paling terakhir.
Guru juga harus banyak menghargai terhadap pretasi mandiri siswa, oleh karena penghargaan demikian akan memacu kemandiriannya secara terus-menerus. Lambat laun, kemandirian yang dipacu melalui menghargai tadi, aqkan mempribadi pada diri siswa meskipun tidak ada hadiahnya lagi.

KESIMPULAN
1. Perubahan-perubahan yang terjadi di dunia pada era belakangan ini meliputi, Globalisasi ekonomi dunia yang pada masa-masa sebelumnya berpusat dikawasan negara-negara sekitar Atlantik berubah ke negara-negara sekitar kawasan Asia Pasifik; Perkembangan IPTEK yang semakin pesat; dan di bidang demografi jumlah penduduk dunia kian banyak dan secara umum berada di negara-negara berkembang.
2. Manusia Indonesia Masa Depan yang diharapkan ialah manusia yang mempunyai kualitas fisik dan non fisik. Karena kedua kualitas (fisik dan non fisik) harus saling melengkapi, dimana kualitas fisik diperlukan untuk diisi dengan kegiatan-kegiatan yang menyangkut dan mendukung bagi tercapainya kualitas non fisik.
3. Beberapa kebijakan pendidikan yang relevan yaitu Peningkatan kualitas pendidikan harus diprioritaskan; Peningkatan kesiapan peserta didik menghadapi dunia yang selalu berubah; Peningkatan kemandirian anak melalui pengajaran; Penanaman kedisiplinan yang tinggi kepada peserta didik di lembaga-lembaga pendidikan; Penanaman keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa
4. Strategi belajar mengajar yang harus dikembangkan, meliputi cara mengajar guru yang harus dapat menciptakan kemandirian belajar siswa, guru harus menghargai prestasi siswa, dan guru haruslah memberikan keterbukaan dengan siswa.

DAFTAR RUJUKAN
Imron, A. 2012. Kebijaksanaan Pendidikan Di Indonesia: Proses Produk dan Masa Depannya. Jakarta: Bumi Aksara
Hasbullah, H. M. 2016. Kebijakan Pendidikan: Dalam Perspektif Teori, Aplikasi, & Kondisi Objektif Pendidikan Di Indonesia. Jakarta: Rajawali Press
Supardi. 2012. Arah Pendidikan Di Indonesia Dalam Tataran Kebijakan dan Implementasi. Jurnal Formatif, 2 (2): 111-121.























0 Komentar